Salam jumpa, Melalui situs Goresan Jiwa dari Nafas Cinta, saya ingin menuliskan kembali goresan-goresan jiwa yang lama tercecer diruang hati yang semakin sepi. Perkenanlah saya menyampaikan dan mengeluhkannya kepada wahai engkau yang bisa merenungi dan pula dapat mengerti diri saya. Hanya satu harapan agar semua yang terasa dapat tercipta, meski hanya dalam mimpi yang nyata. Entahlah apa yang akan terjadi jika saya tak bersegera menyalurkan hasrta yang lama tertunda untuk stu perkara ini. Ya..menuliskan semua goresan jiwa yang sudah lama tersimpan rapi diruang hati yang semakin sunyi. Semula akan saya tuliskan kembali kisah dan perjalanan Sang Kelana Muda yang terdampar dirantau yang tak dinyana telah membawa perjalanan dan pengembaraan semakin jauh dan semakin membawa kepada awal kedukaan atau terhina dari kehidupannya. Kembara Muda yang telah menapakkan kaki di ranah rantau tak bertuan, membawa bait-bait kelukaan hati yang tak nyana. Berikutnya akan dituliskan setiap goresan jiwa kelana yang mulai memasuki senja, kelana yang sudah lama bertapa di ranah rantau dan tak tahu arah pulang. Kadang tersesat dirimba maya, kadang terjerembat kelembah duka. Kenistaan yang membawa jiwa semakin lara, goresannya semakin menghiba tat kala terlihat matahari telah condong ke barat. Pertanda senja menjelang tiba sementara kelana semakin tua tak jua tahu arah jalanNya. Terakhir, harapan Sang Kelana agar semua goresan jiwa yang tertera dapat menjadi mantra membalik arah jalan kepadaNya. Menggapai asa menuju SyurgaNya yang tlah lama dihayal dan dimimpi. Perjalanan panjanglah yang telah banyak membujuk ragu akan kebenaranNya. Semoga saja, wahai Sang Pemilik Kelana, arahkanlah langkah ini menuju ke dalam pangkuanMU. Amiin.
|
Mengisahkan kembali ingatan-ingatan jiwa tak terlupa, luka, duka dan nestapa. Perjalanan Sang Kelana menapaki langkah-langkah gontai ditanah gersang...segersang jiwa Sang Kelana. Percikan api asmara, gundah gulana karna asa tak taraih.
Selasa, 28 September 2010
Prakata
Langganan:
Postingan (Atom)